Review Buku Pulang - Leila S. Chudori (Kisah Hidup Eks Tapol 1965 yang Rindu Tanah Air)

Review Buku Pulang - Leila S. Chudori (Kisah Hidup Eks Tapol 1965 yang Rindu Tanah Air)

Judul buku: Pulang
Pengarang: Leila S. Chudori
Tebal: 552 halaman
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Sinopsis Pulang - Leila S. Chudori:


Paris, Mei 1968

Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo, seorang eksil politik Indonesia, bertemu Vivienne Deveraux, mahasiswa yang ikut demonstrasi melawan pemerintahan Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta; Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas.

Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris, Dimas bersama tiga kawannya-Nugroho, Tjai, dan Risjaf—terus-menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghikang begitu saja dalam perburuan peristiwa 30 September. Apalagi dia tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara. 

Jakarta, Mei 1998

Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa masuk Indonesia untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliahnya. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan sekedar masa lalu ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan kawan-kawan ayahnya. Bersama Sedara Alam, putera Hananto, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa selama 32 tahun.

Ulasan Pulang - Leila S. Chudori:


Novel Pulang karya Leila S. Chudori ini mengangkat tema kehidupan Eks Tapol 1965. Kalau sebelumnya pada Review Buku Laut Bercerita - Leila S. Chudori menceritakan tentang kisah orang-orang hilang dalam perjuangan berakhirnya Orde Baru, maka novel Pulang ini berlatar era sebelum dan saat Orde Baru berlangsung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan para buronan politik di masa peralihan Orde Baru, di mana mereka mengembara dari satu negara ke negara lain, kemudian terdampar di Paris, Prancis hingga tercetus ide untuk membuat Restoran Indonesia yang masih berdiri kokoh hingga sekarang di kota cantik tersebut. Situasi politik Indonesia yang tidak menentu, tahun 1965, pasca terjadinya pemberontakan PKI, membuat Dimas dan teman-temannya terdampar di negara yang serba asing bagi mereka itu.

Kelak saya tahu ternyata tokoh Dimas ini terinspirasi dari seorang penulis dan pendiri Restoran Indonesia di Paris, yaitu Sobron Aidit. Sobron Aidit juga merupakan adik kandung dari Ahmad Aidit atau yang lebih populer dengan nama D.N. Aidit atau Dipa Nusantara Aidit seorang pemimpin senior Partai Komunis Indonesia.

Dalam novel ini digambarkan para buronan politik dan Eks Tapol tidak melulu orang-orang yang terlibat PKI. Bahkan hanya sekedar adik, atau teman yang tidak tahu menahu urusan politik pun ikut terseret. 

Seperti biasa, Leila S. Chudori sebagai seorang jurnalis senior tidak membuat novel ini benar-benar fiksi, saya yakin saat membuat novel ini Leila sudah mengumpulkan banyak data mengenai sejarah kelam ini. Sehingga terasa sekali novel Pulang ada di antara fiksi-non-fiksi. Novel ini mengungkapkan sejarah kelam yang tidak terungkapkan di buku sejarah yang penuh tipu-tipu itu, kalau kamu masih terpesona dengan kata-kata "Piye penak jamanku toh?" sangat persilakan untuk membaca buku ini.

Tidak ada komentar: