Review Buku Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak - Sapardi Djoko Damono

Review Buku Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak - Sapardi Djoko Damono


Judul Buku: Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak
Pengarang: Sapardi Djoko Damono
Tebal: 560 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)
First Published: Grasindo (1994)

Deskripsi Singkat Buku Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak - Sapardi Djoko Damono

Hujan Bulan Juni pertama kali diterbitkan oleh Grasindo tahun 1994 dan telah dicetak ulang beberapa kali. Tidak ada perubahan penting dalam buku terbitan editum ini, kecuali penambahan dan penghapusan beberapa sajak berdasarkan pertimbangan praktis. Sajak-sajak dalam buku ini dipilih dari beberapa buku puisi yang pernah terbit sebelumnya, yakni duka-Mu abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), dan Perahu Kertas (1983), ditambah dengan beberapa sajak yang tidak sempat masuk ke dalam buku-buku tersebut, yang ditulis tahun 1964-1994. Sajak-sajak yang tidak dimasukkan ke dalam bunga rampai ini diterbitkan waktunya bersamaan waktunya dengan judul Mata Jendela, yang pernah diterbitkan oleh IndoneSiatera tahun 2001, yang memuat sajak-sajak yang ditulis tahun 1958-2001. 

Ulasan Buku Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak - Sapardi Djoko Damono

Buku Puisi Hujan Bulan Juni karya mendiang Sapardi Djoko Damono adalah salah satu buku puisi paling legendaris di Indonesia. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah:

Tak ada  yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakan rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Puisi ini sempat dimusikalisasikan beberapa kali, yang paling terkenal adalah Ari dan Reda. Kalau Anda belum pernah mendengarkannya, lagu tersebut bisa Anda temukan di Youtube atau Spotify.

Membaca sajak-sajaknya mendiang Sapardi Djoko Damono, pembaca akan terseret dalam pengembaraan imaji yang menyentuh relung hati. Kalimat-kalimat yang dituliskan Sapardi itu sedernana tapi kepiawannya merangkai kata-kata itu sungguh betapa mengagumkan dan sarat akan makna.

AKU INGIN

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(1989)

Sajak ini pasti tidak asing kan Anda baca pada kartu-kartu undangan pernikahan. Yah ini juga salah satu karya Sapardi Djoko Damono yang tertuang dalam buku puisi ini. Sapardi memang piawai dalam menghidupkan benda-benda mati dalam hampir setiap puisinya. Bahkan kadang saya dibuat tidak yakin benda mati itu mati betulan atau hanya pura-pura saja.

1 komentar:

  1. Salah satu buku paling lari dari mendiang pak sapardi. Khan pernah ada film dengan judul yang sama.
    Sajak-sajak di buku ini juga sering dijadikan caption di IG.

    aku tahu sajak "aku ingin" malah dari sujiwotejo ketika memberikan contoh beberapa sajak puisi. Mendengar sajak itu rasanya langsung bergetar. Sajak yang luar biasa.

    BalasHapus