Review Buku Filosofi Teras - Henry Manampiring

Review Buku Filosofi Teras - Henry Manampiring

Judul buku: Filosofi Teras
Pengarang: Henry Manmpiring
Tebal: 344 halaman; 19 x 13 cm
Tanggal Terbit: 26 November 2018
Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Sinopsis Filosofi Teras - Henry Manampiring:


Buku ini awalnya menceritakan tentang sebuah survei kekhawatiran nasional yang semakin masif sekaligus menyajikan tentang sekilas kehidupan si penulis yang dipenuhi oleh emosi negatif yang berlebihan. Dalam buku ini dijelaskan bahwa penyebab emosi negatif atau kecemasan yang berlebihan disebabkan oleh rasio atau pola pikir yang keliru. 

Pada akhirnya, penulisnya menyarankan para pembaca untuk memperbaiki pola pikir yang keliru tersebut, dengan salah satu contohnya ialah menerapkan filsafat Stoa (Stoikisme) yang pada buku tersebut kemudian diterjemahkan sebagai "Filsafat Teras" dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam buku tersebut, filsafat Stoa digambarkan secara sederhana dengan inti dikotomi kendali nasib manusia, sehingga dari dikotomi kendali tersebut, manusia dapat menentukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia maupun tidak.

Ulasan Filosofi Teras - Henry Manampiring:


Tahun 2018 akhir, buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring ini viral. Bagaimana tidak, buku ini tidak terlihat seperti buku motivasi hidup lainnya seperti "Cara Cepat Menjadi Kaya", "Menghilangkan Stress dalam 5 Detik", atau buku-buku dengan judul terlalu mainstream lainnya. Buku ini membawa-bawa nama "filosofi", tentunya tidak seperti Filosofi Kopi karya Dee Lestari, oh bukan, karena kali ini kita membahas buku non-fiksi.

Saking viralnya buku ini, Henry Manampiring tiba-tiba muncul di mana-mana, di beberapa TV show, beragam kanal Youtube, bahkan podcast di Spotify. Di sana Henry sedikit-banyak cerita tentang pengalamannya sendiri yang dia tumpahkan dalam buku Filosofi Teras tersebut. Sebenarnya kalau kamu malas baca buku ini, kamu bisa nonton videonya dulu atau dengerin podcastnya, siapa tau setelahnya kamu jadi pengen baca buku ini.

Saya sendiri sejujurnya tidak membaca detail keseluruhan buku ini, sekitar 3/4 di awal saya baca detail, kemudian sisanya saya baca scanning saja, karena saya sudah mulai bosan dengan beberapa pengulangan. Mungkin itu salah satu trik juga supaya pembaca lebih ingat inti dari bukunya dan bisa menerapkannya dengan baik. Saya pun sempat menerapkannya dengan baik, yah sekitar 2-3 minggu, memang rasanya ada perubahan, tapi selanjutnya yah balik lagi pada kebiasaan saya.

Ada banyak kutipan menarik yang terdapat pada buku Filosofi Teras ini, seperti: "Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima."

Kutipan ini juga menarik menurut saya: "Bukan stres yang membunuh kita, tapi reaksi kita terhadapnya. Karena, sebenarnya masalahnya bukan stres itu sendiri, tetapi persepsi kita."

Nah mungkin Anda bisa menangkap sendiri makna dari kutipan-kutipan itu. Walau dari judulnya, mungkin kita mengira kalau buku ini sangat filosofis, membahas ilmu-ilmu filsafat yang abstrak, pelik, dan susah dipahami. Namun benar adanya ungkapan jangan menilai buku hanya dari judul sampulnya. Penulis berhasil meracik pengetahuan filosofi dengan ringan, jenaka dan mudah dimengerti.

Tidak ada komentar: