Review Buku Entrok - Okky Madasari (Simbol Keterkungkungan dan Perlawanan)

Review Buku Entrok - Okky Madasari (Simbol Keterkungkungan dan Perlawanan)

Judul buku ini Entrok (yang artinya BH), buku setebal 288 halaman ini adalah karangan seorang penulis wanita yang cukup produktif yaitu Okky Madasari. Buku ini pertama kali terbit pada 21 April 2010 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama, bertepatan dengan hari lahir Ibu Kartini, seorang pejuang feminisme Indonesia.

Menurut penulis buku Entrok, Okky Madasari

"Entrok menjadi symbol keterkungkungan dan perlawanan perempuan. Kenapa tidak pakai BH? Bahasa itu soal rasa. Ada makna kultural dan simbolis melekat pada entrok, tapi tidak melekat pada BH."


Sinopsis Entrok - Okky Madasari:

Marni, perempuan Jawa buta huruf yang masih memuja leluhur. Melalui sesajen dia menemukan dewa-dewanya, memanjatkan harapannya. Tak pernah dia mengenal Tuhan yang datang dari negeri nun jauh di sana. Dengan caranya sendiri dia mempertahankan hidup. Menukar keringat dengan sepeser demi sepeser uang. Adakah yang salah selama dia tidak mencuri, menipu, atau membunuh?


Rahayu, anak Marni. Generasi baru yang dibentuk oleh sekolah dan berbagai kemudahan hidup. Pemeluk agama Tuhan yang taat. Penjunjung akal sehat. Berdiri tegak melawan leluhur, sekalipun ibu kandungnya sendiri.


Adakah yang salah jika mereka berbeda?


Marni dan Rahayu, dua orang yang terikat darah namun menjadi orang asing bagi satu sama lain selama bertahun-tahun. Bagi Marni, Rahayu adalah manusia tak punya jiwa. Bagi Rahayu, Marni adalah pendosa. Keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing tanpa pernah ada titik temu.


Lalu bunyi sepatu-sepatu tinggi itu, yang senantiasa mengganggu dan merusak jiwa. Mereka menjadi penguasa masa, yang memainkan kuasa sesuai keinginan. Mengubah warna langit dan sawah menjadi merah, mengubah darah menjadi kuning. Senapan teracung di mana-mana.


Marni dan Rahayu, dua generasi yang tak pernah bisa mengerti, akhirnya menyadari ada satu titik singgung dalam hidup mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban orang-orang yang punya kuasa, sama-sama melawan senjata.


Review Entrok - Okky Madasari:

Saya memberi bintang 4 untuk novel ini pada penilaian saya di Goodreads, buat saya pribadi bintang 4 itu adalah nilai yang sangat baik, dari 62 buku yang saya baca tahun 2020 lalu hanya beberapa saja yang saya beri bintang sebanyak itu. 


Entrok berlatarkan tahun 1950-1999 dan berlatar tempat di Desa Singget dan Magelang. Ada 2 sudut pandang dalam novel ini, yaitu sudut pandang sang ibu bernama Marni dan sudut pandang anaknya bernama Rahayu. Tokoh Marni sendiri memiliki sifat yang berpendirian teguh pada apa yang selama ini ia yakini dan sulit untuk menerima hal baru, pemarah, dan pekerja keras. Sedangkan tokoh Rahayu memiliki sifat teguh pada pendirian sesuai dengan apa yang diyakini, serta tidak mau kalah.


Marni walau tidak sempat merasakan bangku sekolah sama sekali tapi dia adalah wanita yang berhasil mengubah hidupnya dari nol hingga menjadi seorang yang sukses, ini semua berkat kecerdasan dan kerja kerasnya yang tiada henti, tapi konflik sosial (saat itu mungkin juga sampai sekarang) tetap tidak bisa menerima seorang wanita bisa menjadi sukses atas usahanya sendiri. Marni dituduh melakukan pesugihan sehingga dijauhi masyarakat desanya.


Rahayu yang sedari kecil sudah dijejali cercaan dari masyarakat bahkan gurunya sendiri merasa muak akan hidup yang dipilih sang ibu, iya memilih menjauh dari kehidupan ibunya dan menjalani kehidupannya yang baru. Rahayu menjadi seorang aktivis pada jaman Orde Baru, menentang pemerintah, ditinggal mati suaminya dan masuk penjara, bahkan ada label ET di KTP nya. Label ‘ET’ yang merupakan akronim dari ‘eks-tapol’ diciptakan dan disematkan di kartu penduduk para mantan tahanan politik Orde Baru.


Sebagai seorang pembaca, tentu saya geram atas keputusan-keputusan yang diambil sang anak, tapi jika saya pikirkan lagi mungkin saya juga seegois dia, atau bahkan mungkin lebih. Setelah selesai membaca novel ini, saya langsung merasa kangen kepada ibu saya yang setulus hati mencintai saya, apapun kesalahan saya ia selalu menerima saya kembali. Ah, kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia. Jangan sampai terlambat untuk kembali pada ibumu.

Tidak ada komentar: